Saya menghabiskan masa kecilnya di sebuah desa pelosok Kabupaten Purworejo, perbatasan Wonosobo tepatnya di Desa Nglaris, Bener, Purworejo, Jawa Tengah.

Saya anak pertama dari 3 saudara, anak dari seorang tani yang sejak kecil terbiasa hidup dengan kesederhanaan dan apa adanya, yang semua dinikmati dengan riang gembira.

Menginjak sekolah SMP harus turun gunung yang harus berjalan kaki 10 KM berangkat setelah subuh dengan kondisi jalan yang menurun dan belum beraspal, dengan penuh semangat bisa dilaluinya 3 tahun.

Saat melanjutkan di STM di Kota Purworejo mau-mau ndak harus ngekos karena masuknya tidak menentu kadang pagi kadang sore, jarak kos sampai sekolah juga lumayan jauh sekitar 2 KM yang harus berjalan kaki tiap hari, tetap dinikmati tidak merasa berat saat itu. Walau dengan keterbatasan tapi diiringi dengan ikhtiar yang kuat sehingga bisa mempertahankan prestasi belajar peringkat 1 dari kelas 1 sampai lulus dan dinobatkan sebagai lulusan terbaik.

Setelah lulus STM masalah kembali muncul, niat hati ingin melanjutkan kuliah tetapi dengan berat hati melihat kondisi ekonomi keluarga niat itu saya singkirkan dan tidak memaksakan diri. Maka hari-hari setelah lulus STM sampai 4 tahun aktivitas sehari-hari lebih banyak membantu pekerjaan orang tua seperti merumput, mencangkul, cari kayu, berkebun, dll. Disela itu saya jualan tulisan kaligrafi nama keliling dari kota ke kota sambil mengikuti kursus Bahasa Inggris di kota, untuk menambah ilmu biar tidak ketinggalan yang kuliah saya langganan pinjam buku di perpustakaan daerah, yang sering dibaca buku politik, filsafat, marketing dan komputer entah apa saat itu suka baca saja.

Di Tengah kegundahan saat itu yang usia terus bertambah belum punya pekerjaan tetap, atas seizin orang tua siap mengadu nasib di negeri jiran Malaysia, untuk ongkos dengan menjual pohon albasia yang ada di kebun orang tua. Singkat cerita gagal berangkat setelah tertahan di Jakarta selama 21 hari dipenampungan dirung kecil 5 x 4 meter yang ditempati 12 orang, karena tidak ada kepastian kami ber 12 orang berontak pulang ke Purworejo naik kereta api ekonomi yang penuh sesak tidak dapat kursi, sesampai di daerah Kebumen saya beli koran Kedaulatan Rakyat maunya untuk alas tidur karena selama perjalanan dari Jakarta belum tidur, nah disitulah saya melihat ada iklan kecil ada lowongan perusahaan elektronik di Batam lewat agen di Yogyakarta, iklan ini saya simpan dengan harapan ini bisa jadi ganti gagal berangkat ke Malaysia untuk menutup malu dengan keluarga & tetangga

Tanpa berfikir panjang keesokan harinya saya berangkat ke Yogyakarta untuk memasukkan lamaran, saat itu yang melamar sekitar 400 orang, setelah dilakukan banyak saringan / seleksi sampai saya bolak balik ke Yogyakarta 7 kali, seleksi tarakhir tinggal 11 orang termasuk saya yang diinterview dari Perusahaan PT TEC Indonesia, Batam.

Banyak suka duka selama 4 tahun di Batam, hidup di perantauan tinggal mess / dormitory yang 1 rumah ditempati 16 orang dari beberapa daerah dengan segala keunikannya. Saya juga tidak berhenti terus menambah ilmu & pengembangan diri dengan ikuti kursus komputer dan kuliah walau belum sempat selesai sudah keduluan resign pindah kerja di jawa, dan di Batam inilah saya menemukan calon istri yang notabene teman kerja sendiri hehe… untuk kerjaan tidak ada kendala selama di Batam, posisi sebagai tim leader inventory & data entry.

Kebetulan menjelang cuti 4 tahun bekerja di Batam yang mendapatkan jatah tiket untuk pulang ada informasi ada Perusahaan di Jawa tepatnya di PT PowerGen Jawa Timur, Paiton, Probolinggo sedang membutuhkan karyawan, tanpa berfikir Panjang langsung kirim lamaran. Kebetulan berikutnya saat panggilan tes interview memang pas pulang cuti, karena saat itu belum punya HP informasi diterima kerja di PT PowerGen saat saya dalam perjalanan naik kapal laut menuju Batam, admin HR yang menelepon ke Perusahaan saya kerja di Batam, jadi saya ada waktu 1 bulan di Batam untuk mengurus segala sesuatunya untuk resign pindah kerja di Jawa.

Kerja di perusahaan baru suasana kerja dan budaya sangat berbeda dengan saat kerja di Batam, yang lebih flexible. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar tidak ada kendala yang berarti, bisa belajar cepat dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

Karena lingkungan yang sangat mendukung inilah mulai banyak kegiatan sosial diluar jam kerja yang dimulai banyak kegiatan keagamaan, Pendidikan dengan merintis Yayasan dan mendirikan sekolah yang saat ini sekolahnya terus berkembang.

Hobbi lama aktif pada kegiatan politik juga terfasilitasi dengan perberan aktif membesarkan partai start-up sampai akhirnya terus berkembang, jadi pengurus ranting, kecamatan, kabupaten sudah merasakan perjuangannya.

Walau dengan sekian banyak kesibukan tidak melupakan terus upgrade diri dengan menambah ilmu dengan mengambil kuliah di STT Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo – Jurusan Teknik Informatika yang sebelumnya pernah kuliah di 2 perguruan tinggi yang belum sampai lulus karena banyak hal.

Ketertarikan dengan ilmu komputer, design grafis, design web  & internet marketing terus ditingkatkan dengan beberapa kesempatan ikut seminar dan workshop secara online atau offline, juga mendalami bisnis dan ekonomi syariah yang salah satu implementasi pernah mendirikan koperasi syariah.

Saat ini kondisi masyarakat kita sangat menyedihkan, Dimana jebakan riba ada dimana-mana yang semakin mudah yang tidak sedikit masyarakat terjerat didalamnya mulai dari beli motor, mobil, rumah dengan mencicil / hutang bank, belum lagi jebakan pinjol, bank plecit ada dimana-mana seperti gayung disambut dengan meningkatnya gaya hidup.

Karena melihat dan merasakan fenomena seperti itu, dengan ilmu dan kemampuan yang saya miliki sangat tergerak untuk andil dan berpartisipasi dengan berbagi ilmu, pengetahuan, strategi, bimbingan kepada masyarakat untuk mencari rezeki yang barokah sesuai syariah dan membebaskan dari hutang riba. Bismillah, semoga Allah SWT meridhoinya. Aamiin